Senin, 08 September 2014

Bahasa Indonesia ^^

Halooooo, long time no post :)

Sekarang mau nge post draft tugas bahasa indonesia gue. Buat Fabel!! Oke, let me tell you my (random) fable



gajah.jpgkele.jpg
SALAH PAHAM MEMBAWA PETAKA
Oleh : Nurraihan Pratiwi

Di sebuah hutan yang lebat, ada kerajaan megah yang dipimpin oleh raja yang sangat garang bernama Raja Lowo. Kerajaan itu bertempat tepatnya di Gua Pećina yang terkenal sangat luas dan hitam―penuh dengan sihir hitam. Di sanalah tempat tinggal kelelawar-kelelawar terkejam di seluruh hutan. Di sisi hutan yang lain, ada kerajaan yang bahagia. Kerajaan Voća yang subur makmur. Rakyat yang tinggal di Voća sangat bangga kerajaan mereka dipimpin oleh Raja yang bijaksana, Raja Mudro.
Di selatan Voća, tinggallah keluarga kecil, Keluarga Jedan, Keluarga Gajah. Mereka adalah keluarga yang sangat penutup. Sebagian dari keluarga hanya keluar untuk bekerja dan tinggal di rumah. Mereka tidak pernah mau membantu dan dibantu oleh tetangga. Mereka menganggapnya menjadi keluarga sombong. Padahal tidak ada seorangpun yang mengetahui betapa buruknya kehidupan mereka.

“Aduuuuh, sakit ibuuuu, sakiiit”teriak Male Jedan, gajah bungsu dari keluarga Jedan.
“Kamu harus bisa menahannya nak, Ibu, Ayah dan Kakak-Kakak sedang mencari penangkalnya.”hibur ibunya sambil menahan tangis
“Hanya itu satu-satunya jalan, Veliki.”geram Glavaime Jedan, sang kepala keluarga.
“Kita tidak bisa melakukan itu, Glave. Tidak. Kita sedarah dengan rakyat Voća ini.”tolak Veliki.
Jelas dia menolaknya, siapa yang mau menghianati Negara sendiri. Bangsa Gajah yang makmur ini. Bangsa yang telah membesarkannya selama ini. Demi Tuhan, banyak cara lain untuk menyembuhkan anaknya yang terkena kutukan serigala jahat, Zlawolf Pohlepni. Asal tidak melukai siapapun di negeri ini. Ya, melukai negeri ini. Syarat dari kelelawar tua jahat yang kami mintai bantuan kemarin, Starodim Vladara. Tetua kerajaan Pećina yang juga jahat itu. Tapi hanya dia, hanya kelelawar bangka Starodim yang mengerti kutukan sejahat ini―pikir Veliki Jedan.
“Harus Ibu. Aku sudah tak tahan melihat kondisi adik seperti ini.”sahut Rada, kakak tertua.
“Ya, betul Rada, Velie. Aku juga tidak peduli dengan para gajah sombong di luar sana itu. Mereka hanya menilai dari dalamnya saja. Mereka tidak pernah memahami kita.”
“Mereka hanya tidak tahu, Glave. Jika mereka tahu , mereka akan peduli.”bela Veliki
“Apa yang akan pedulikan? Peduli akan keselamatan mereka masing-masing? Menjauh dan pergi dari desa ini? Mereka hanyalah gajah Voća licik dan dungu.”jawab Glavaime dengan marah.
“Ya Tuhan, Glave. Kamu hanya berprasangka buruk terhadap mereka. Mereka yang sekarang bukanlah mereka yang dulu.”
Tiba-tiba, ingatanku mengarah pada satu kejadian masa lalu. Saat aku mengandung Dalje, anak keduaku. Aku dan Glave sepakat untuk menyekolahkan dan membesarkan kedua anak kami di Voća, tanah kelahiranku. Dulu, kami tinggal di Neutralni, perbatasan antara Gua Pećina dan desa Grim. Desa yang terkenal menakutkan. Kami tidak cukup diterima disini. Kami dianggap penyihir. Itu menyakiti hati suamiku. Dia bahkan tidak diterima kerja dimanapun. Tetapi, Raja Mudro adalah sahabat karib kedua orang tuaku sehingga dia selalu menjelaskan betapa baiknya keluarga kami. Dan akhirnya rakyat Voća meminta maaf dan baik terhadap kami. Tetapi, Glave tetap benci. Dia sakit hati.
“Harus, Velie. Demi anak kita. Kita harus membakar Negeri ini. Harus.”teriak Glave.
“Ya, yah, ya.”sahut Rada dan Dalje.
“Tidak, tidak. Kalian!! Kubilang tidak.”isak Veliki
“Diamlah, Velie. Kami laki-laki. Kami yang mengatasi ini.”bentak Glavaime.
Diluar rumah tua itu, beberapa gajah geram mendengar teriakan itu.
“Apa yang kubilang benar kan? Mereka selalu menutup diri dari Voća. Mereka merencanakan sesuatu yang buruk untuk kita.”raung PredrasudeVile.
“Mungkin yang kita dengar tadi salah, Pedra. Mari kita tanyakan pada Glave dan Velie!”tenang Postojan Hrabri, ketua dusun.
“Tidak, tetua Postojan, kami mendengarnya dengan jelas. Kita harus melaporkannya kepada Raja Mudro.”bantah gajah-gajah.
“Ayolah, kita bicarakan baik-baik.”ajak Postojan.
“Tidak bisa.”jawab mereka sambil berlari.
Di istana…
“Apakah itu benar? Aku masih belum percaya.”jawab Raja Mudro
“Sangat benar, tuanku. Kami mendengar dengan telinga kami sendiri sangat jelas.”
“Velie adalah perempuan baik. Aku menyayanginya. Aku tidak percaya dia melakukan ini.”gumam Raja.
“Kita harus membuktikannya dahulu, suamiku. Velie sudah aku anggap sebagai anak sendiri.”nasihat Ratu.
“Iya, ayah. Dia sahabat yang baik.”sahut Pangeran Zgodan.
“Ya Tuhan, Ayah kaget. Darimana saja kau, Zgo?”kata Raja dengan terkejut
“Hanya berkesperimen tentang hubungan gajah dan kambing.”jawab Zgodan dengan acuh.
“Apa?”teriak Raja dan Ratu.
“Oh, jangan teriak-teriak. Lupakanlah, yah, bu. Lagipula ada hal yang lebih penting, Velie kecil ingat?”
“Oh ya, kau membuatku kaget. Kupikir kau akan menikahi kambing cantik negeri sebelah.”
Sang pangeran yang tampan hanya mengedikkan bahu.
“Jadi bagaimana Velie kecil? Aku sudah bilang padanya jangan terburuburu menikah dan punya anak. Merepotkan saja.”gumam Zgo.
“Tutup mulutmu, Zgo. Velie sudah memutuskan untuk mandiri, ingat?”jawab Ratu.
“Oh ya, aku tidak akan lupa itu. Jadi bagaimana? Velie sudah terpengaruh dari Glavaime-sombong-Jedan itu ya?”
Raja dan ratu hanya mendelik.
“Kami rasa iya, pangeran.”jawab gajah-gajah itu. Mereka menceritakan apa yang mereka dengar kepada sang pangeran.
“Baiklah, aku akan pergi ke rumah Jedan sombong itu.”sahut pangeran.
“Jangan gegabah, Zgo. Jika mereka benar-benar ingin membakar Negara kita, bagaimana?”
“Oh, ayolah, yah. Velie adalah sahabatku dari kecil. Dia tak mungkin melukaiku.”
“Tapi, Zgo…”jawaban ayahnya terputus oleh interupsi dari pengawal yang berlari tergesa-gesa.
“Tu..tuu…anku. Kami mendapat laporan dari toko bahan bakar. Keluarga Glavaime Jedan membeli minyak dan korek besar-besaran.”lapor sang pengawal dengan terengah-engah.
“Kita harus bertindak cepat. Pasukan ikut aku.”teriak Pangeran Zgo.
Mereka menyusuri hutan, berlari ke Selatan. Raungan Gajah marah terdengar dimana-mana. Mereka mengepung rumah Glave.
“Biarkan aku yang berbicara.”perintah pangeran.
“Tapi, tuanku….”
“Biarkan aku saja.”perintahnya dengan tegas.
“Velie, Glavaime, Rada, Dalje, Male keluarlah. Keluar dan jelaskanlah, tolong.”harap Zgo.
Mereka keluar. Velie menggendong Male yang sedang sakit.
“Ya Tuhan, Velie. Kenapa Male?”tanya Zgo.
“Biarkan dia, Zgo.”tahan Glave.
“Kenapa? Kenapa dia? Kenapa kau mau membakar negeri ini, Glave. Kau sudah kuanggap sahabat. Orang yang disayang Velie adalah orang yang kusayang.”
“Benarkah, Zgo. Bukankah kau menginginkan Velie sebagai istrimu kan? Ya kan?”tuduh Glave
“Tutup mulutmu, Glave. Zgo adalah pangeranmu. Kau harus menghormatinya.”isak Veliki
“Kau juga mencintainya kan Velie? Kau tidak mencintaiku kan?”Tanya Glave
“Demi Tuhan, Glave. Aku hanya untukmu. Zgo hanya sahabatku.”
“Tapi kau tidak pernah mau berjuang untuk Male, Velie. Male anak kita.”
“Aku hanya tidak mau mengorbankan orang lain untuk kepentingan sendiri.”
“Kau tidak menyayangi Male kan?”teriak Glave.
                “Oh Tuhan, Glave. Hatimu dibutakan oleh apa sih? Aku yang melahirkannya. Aku yang merawtnya. Apa yang kau maksud dengan tidak menyayangi ha?”serang Velie
“Tunggu, tunggu dulu. Apa maksudmu dengan mengobarkan orang lain untuk kepentingan sendiri?”Tanya Zgo.
“Zgo, Male terkena kutukan serigala Zlawolf. Kami pikir, satu-satunya jalan untuk menyembuhkannya adalah bertanya apa kontra kutukannya pada kelelawar licik Starodim. Dan yang kami dapatkan sebagai syarat adalah menghancurkan rakyat gajah di Voća. Aku sudah menolaknya mentah-mentah. Tapi hanya itu satu-satunya jalan.”jelas Veliki.
“Kenapa kalian tidak mencoba bertanya pada kami?”tiba-tiba sang Raja sudah ada di tengah-tengah percakapan ini.
“Kami hanya takut, kami akan dijauhi dan dibenci. Itu sangat menyakitkan. Masih terasa membekas.”jawab Glave dengan tatapan membara.
“Oh, maafkan kami dulu, Glave. Mari kita luruskan masalah ini. Bagaimana jika kalian mengurungkan niat kalian untuk membakar Negri Gajah dan Male akan mendapatkan perawatan dari tabib terbaik istana?”tawar sang raja.
“Apakah Male akan sembuh dan baik-baik saja?”tanya Glave penuh kekhawatiran.
“Kesembuhan hanya di tangan Tuhan, Glave, Velie. Kita akan berusaha yang terbaik.”bujuk Zgo.
“Baiklah.”
“Maafkan kami Glave, Velie.”teriak gajah-gajah.
Mereka pun bahagia. Para pengawal, Zgo serta Raja dan Ratu kembali ke istana. Tetapi  Zgo sangat geram.
“Apa maksudnya si Zlawolf tua itu? Menghancurkan rakyat gajah?”teriak Zgo.
“Tenanglah, Zgo. Ayah akan menghubungi Raja Lowo.”
“Apakah akan berhasil?”tanya Zgo.
“Mari kita coba.”
Raja Mudro mengirimkan surat pertanyaan pada Raja Lowo dan pada saat itu juga, dua ekor kelelawar datang sebagai duta permintaaan maaf.
“Kami mewakili Negri Pećina meminta maaf. Kelelawar Zlawolf memang sangat keterlaluan. Dia sangat kuno. Mohon maaf atas kesalahpahaman ini.”pinta dua kelelawar baik hati.
“Baiklah, terima kasih atas kesediaannya datang pada negri kami. Kami harap kita bisa berteman baik.”ujar sang raja.
“Tentu, tentu.”jawab dua kelelawar.
Akhirnya, mereka hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Keluarga Glavaime Jaden? Ya, mereka sangat baik. Male sehat kembali seperti sediakala dan mereka berlima saling bersahabat antar gajah lain. Akhirnya, hutan ini penuh kebahagiaan.

Jangan menilai sesuatu dari penampilan, penampilan bisa menipumu "Don't judge a book by cover"

Oke, last of this post, thank you for reading guys. (terima kritik saran loooh) :) see you next post


 

0 comments:

Posting Komentar